Senin, 02 November 2020

Makalah Organisasi sekolah

 

                           BAB I                            

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Dalam sebuah lembaga pendidikan pasti terdapat organisasi sekolah yang berguna untuk mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik supaya dapat menjalankan tugas-tugas kehidupan sebagai manusia, baik secara individual maupun dalam anggota kemasyarakatan. Untuk mengembangkan setiap potensi peserta didik diperlukan organisasi yang terarah dan terencana untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Dalam sudut pandang islam pengorganisasian di istilahkan dengan menggunakan kata al tadbir (pengaturan).[1] Kata ini merupakan kata dari dabbara (mengatur) yang terdapat dalam Al- Qur’an seperti firman Allah SWT Surah Sajdah ayat 5 yang Artinya : Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu (As – Sajdah : 5)

            Dari isi kandungan ayat diatas dapatlah diketahui bahwa Allah SWT adalah pengatur alam (Al- Mudabbir / Manager) . Keteraturan alam raya ini merupakan bukti kebesaran Allah SWT dalam mengelola alam ini. Namun, Karena manusia yang diciptakan Allah SWT telah dijadikan sebagai khalifah dibumi, maka dia harus mengatur dan mengelola bumi dengan sebaik – baiknya sebagaimana Allah mengatur alam raya ini.

            Sehingga dalam sebuah organisasi sekolah para warga sekolah antara kepala sekolah, guru, dan pegawai tata usaha. harus bekerjasama untuk mengelola keorganisasian sekolah untuk mencapai tujuan Pendidikan nasional dan dapat mengembangkan bakat dan minat peserta didik.

B.  Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, kami mempunyai beberapa rumusan masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini, yaitu:

1.    Bagaimana Pengertian Organisasi Sekolah?

2.    Bagaimana Bentuk – Bentuk Organisasi Sekolah?

3.    Bagaimana Unsur – Unsur Dasar Pembentukan Organisasi Sekolah ?

4.    Bagaimana Prinsip – Prinsip Organisasi Sekolah?

5.    Bagaimana Struktur Organisasi Sekolah?

6.    Bagaimana Manajemen Pendidikan dalam era new normal ?

 

C.      Tujuan

Dari beberapa rumusan masalah diatas, tujuan yang perlu kami capai dalam pembuatan makalah ini adalah:

1.      Mengetahui Pengertian Organisasi Sekolah.

2.      Mengetahui Bentuk – Bentuk Organisasi Sekolah.  

3.      Mengetahui Unsur – Unsur Dasar Pembentukan Organisasi Sekolah.

4.      Mengetahui Prinsip – Prinsip Organisasi Sekolah.

5.      Mengetahui Struktur Organisasi Sekolah.

6.      Mengetahui Manajemen Pendidikan dalam era new normal.

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

A.  Pengertian Organisasi Sekolah

Kata “organisasi” berasal dari bahasa Inggris, yaitu organization, yang berarti organisasi atau hal yang mengatur.[2] Kata “Organisasi” secara etimologi berasal dari bahasa latin yaitu “organum” yang berati “alat”. Sedangkan dalam bahasa Inggris “organize” “yaitu mengorganisasikan” dengan menunjukan tindakan atau usaha untuk mencapai sebuah tujuan.[3]  Organisasi dapat diartikan sebagai pemberian struktur/susunan, terutama dalam penempatan personal, yang dihubungkan dengan garis kekuasaan dan tanggung jawabnya didalam keseluruhan organisasi.[4] Pengertian organisasi sekolah Secara umum dapat di artikan memberi struktur atau susunan yakni dalam penyusunan penempatan orang-orang dalam suatu kelompok kerja sama, dalam maksud menempatkan orang-orang dalam kewajiban-kewajiban, hak-hak, dan tanggungjawab dari setiap masing-masing.[5]

Dalam organisasi susunan dan garis-garis kekuasaan serta tanggung jawab itu menentukan bentuk dan sifat organisasi itu secara keseluruhan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat As-Saff : 4 

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ

Artinya : Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang dijalannya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.

Dalam surat ini terdapat konsep besar yang harus ada untuk mewujudkan organisasi yang sesuai dengan konsep dan pelaksanaan dalam organisasi, soliditas tim, ketepatan mengukur dan mengetahui kekuatan dan tantangan, konsep kesungguhan dalam bekerja dan berjuang, serta memiliki kader yang solid. Secara teoritis, organisasi sekolah dalam menyelenggarakan programnya terlebih dahulu penyusunan tujuan dengan baik yang implementasinya dilakukan secara efisien dan efektif dalam proses belajar mengajar. Di dalam organisasi juga diperlukan adanya semangat organisasi dan organisasi ditentukan oleh sistem yang ada dalam organisasi dan kualitas sang pemimpin. Keefektifan organisasi sekolah tergantung pada desain organisasi dan pelaksanaan fungsi komponen organisasi yang mencakup proses pengelolaan informasi, partisifasi, perencanaan, pengawasan, dan pembuatan kebijakan dalam pelaksanaan tugas pokok.

 Jadi dalam sebuah organisasi harus terjadi koordinasi yang baik dan tidak boleh terjadi penyalahgunaan wewenang. Seperti dalam surah Al- Anfal ayat 46

وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ

Artinya : Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (Q.S. al-Anfal: 46)

Ayat tersebut menerangkan bahwa dalam sebuah organisasi tidak boleh terdapat percekcokan yang membawa kepada permusuhan yang pada akhirnya mengakibatkan hancurnya kesatuan. Sehingga dalam organisasi sekolah tidak boleh ada penyalahgunaan wewenang sehingga harus saling bekerjasama supaya pencapaian tujuan Pendidikan tercapai dengan baik.

B.  Bentuk-Bentuk Organisasi Sekolah

Setiap unit kerja dipimpin oleh seorang kepala/pimpinan yang menduduki posisi menurut tingkat unit kerjanya di dalam keseluruhan organisasi. Posisi, tanggung jawab dan wewenang di dalam suatu kelompok formal terikat pada struktur dan dibatasi oleh peraturan-peraturan yang mendasari pembentukan organisasi kerja tersebut. Hubungan kerja yang didasari wewenang dan tanggung jawab, baik secara vertikal maupun horizontal dan diagonal akan menunjukan pola tertentu sebagai mekanisme kerja. Dengan kata lain pembagian tugas, pelimpahan wewenang dan tanggung jawab serta arus perwujudan tugas, akan menggambarkan tipe atau bentuk organisasi kerja. Tipe-tipe organisasi itu antara lain:[6]
1. Organisasi Lini (Line Organization)

Dalam tipe ini semua hak dan kekuasaan berada pada pimpinan tertinggi. Personal yang lain disebut bawahan tidak mempunyai hak dan kekuasaan sekecil apa pun karena hanya berkedudukan sebagai pelaksana tugas dari atasan. Tidak dibenarkan adanya inisiatif dan kreativitas, semua tugas harus dilaksanakan sebagaimana diperintahkan.  Saluran perintah dan penyampaian tanggung jawab dalam organisasi tipe ini dilakukan melalui prosedur dari atas ke bawah dan sebaliknya.

2. Organisasi Staf (Staff Organization)

Dalam tipe ini semua hak, kekuasaan dan tanggung jawab dibagi habis pada unit kerja yang ada secara bertingkat. Setiap unit memperoleh sebagian hak dalam menentukan kebijakan sepanjang tidak bertentangan dengan kebijaksanaan umum dari pimpinan tertinggi. Wewenang dan tanggung jawab dilimpahkan secara luas, sehingga pimpinan berkedudukan sebagai koordinator. Tanggung jawab disampaikan secara bertingkat sesuai dengan hak dan kekuasaan yang dilimpahkan.
3. Bentuk Gabungan (Line and Staff Organization)

Tipe ini sebagai gabungan dari kedua tipe di atas, menempatkan pimpinan tertinggi sebagai pemegang hak dan kekuasaan tertinggi dan terakhir. Tidak semua hak, kekuasaan dan tanggung jawab dibagi habis pada unit kerja yang ada, tugas yang bersifat prinsipil tetap berada pada atasan/pimpinan tetinggi. Pimpinan unit kerja sebagai staf memperoleh wewenang dalam bidang kerja masing-masing sepanjang tidak berhubungan dengan tugas yang menjadi wewenang atau kekuasaan pimpinan tertinggi.

 

 

4. Organisasi Fungsional (Fungsional Organization)

Dalam tipe ini pembagian hak dan kekuasaan dilakukan berdasar fungsi yang diemban oleh unit kerja dan terbatas pada tugas-tugas yang memerlukan keahlian khusus. Sehingga personal yang diangkat dan menerima wewenang untuk menjalankan kekuasaan diserahkan pada orang yang mempunyai keahlian dalam bidang kerja masing-masing. Wewenang yang dilimpahkan dibatasi mengenai bidang teknis yang memerlukan keahlian tertentu secara khusus.

 

C.   Unsur-unsur dasar pembentuk suatu organisasi

Unsur-unsur dasar pembentukan suatu organisasi menurut Ara Hidayat dan Imam Machali adalah sebagai berikut[7]: a). Adanya tujuan bersama, organisasi mensyaratkan suatu yang akan diinginkan, biasanya terumuskan dalam visi, misi target, tujuan. Tujuan inilah menyatukan berbagai unsur dalam organisasi. b) Adanya kerja sama dua orang atau lebih untuk mewujudkan tujuan bersama. c) Adanya pembagian tugas, untuk efektifitas, efisiensi, dan produktivitas organisasi dibutuhkan pembagian tugas. d) Adanya kehendak untuk kerja sama, anggota organisasi mempunyai kemauan/kehendak untuk bekerja sama untuk tujuan bersama. Sekolah sebagai lembaga pendidikan sudah seharusnya mempunyai organisasi yang baik agar tujuan pendidikan formal bisa tercapai dengan maksimal. Unsur-unsur personal pendidikan adalah kepala sekolah, guru, karyawan,dan murid.

Selain itu juga sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang berada di bawah instansi atasan baik itu kantor dinas atau kantor wilayah departemen yang bersangkutan. Organisasi yang baik hendaknya membagi tugas-tugas dan tanggung jawab dengan sesuai kapasitas, fungsi dan wewenang serta kemampuannya untuk mencapai tujuan pendidikan. Melalui struktur organisasi yang ada anggota organisasi pendidikan akan mengetahui tugas dan wewenang semua steakholder Pendidikan.

D.      Prinsip-Prinsip Organisasi Sekolah

Prinsip-Prinsip Organisasi Pendidikan Menurut M. Ngalim Purwanto dalam buku administrasi dan supervisi pendidikan organisasi yang baik hendaknya memiliki ciri-ciri atau sifat-sifat sebagai berikut:[8] Memiliki tujuan yang jelas. Setiap anggota dapat memahami dan menerima tujuan tersebut. Adanya kesatuan arah sehingga dapat menimbulkan kesatuan tindak dan kesatuan pikiran. Adanya kesatuan perintah (unity of command); para bawahan hanya mempunyai seorang atasan lagsung: dari pada ia menerima printah atau bimbingan, dan kepada siapa ia harus mempertanggung jawabkan hasil pekerjaannya. Adanya keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab masing-masing anggota.

Adanya pembagian tugas yang sesuai dengan skill dan bakat masing-masing, sehingga dapat menimbulkan kerjasama yang harmonis dan kooperatif. Pola organisasi hendaknya relatif permanen, dan struktur organisasi disusun sederhana mungkin, sesuai dengan kebutuhan, koordinasi, pengawasan dan pengendalian. Adanya jaminan keamanan dalam bekerja (security of tenure); anggota tidak merasa gelisah takut dipecat atau ditindak sewenang-wenang. Adanya gaji atau insentif yang setimpal dengan jasa/pekerjaan, sehingga dapat menimbulkan gairah kerja. Garis-garis kekuasan dan tanggung jawab serta hierarkhi tata kerjanya jelas tergambar dalam struktur organisasi.

E.  Struktur Organisasi Sekolah

Struktur Organisasi dalam Pendidikan dan Pengajaran Struktur organisasi dalam pendidikan dan pengajaran ditiap negara berbeda-beda. Hal ini tergantung pada struktur organisasi dan administrasi pemerintah negara masing-masing. Di suatu negara yang bentuk dan struktur organisasi pemerintahannya cenderung ke arah kediktatoran, di mana segala kekuasaan dipusatkan pada satu orang atau segolongan orang. Struktur organisasi pendidikannya cenderung kearah sentralisasi.

Setiap hal yang berkaitan dengan bidang pendidikan, ditentukan dan diselenggarakan oleh pusat secara sentral. Sebaliknya, dalam negara-negara yang menganut sistem demokrasi dalam pemerintahannya, struktur organisasi pendidikannya disususn menurut pola-pola yang demokratis. Kekuasaan dan penyelenggaraan pendidikan tidak dilakukan secara sentral, tetapi dibagi-bagikan atau diserahkan kepada daerah-daerah, disesuaikan dengan kondisi dan kepentingan daerah. Struktur organisasi yang pokok ada dua macam yaitu sentralisasi dan desentralisasi. Di antara kedua struktur tersebut terdapat beberapa struktur campuran, yakni yang lebih cenderung kearah sentralisasi mutlak, dan lebih mendekati desentaralisasi tetapi beberapa bagaian masih dilakukan secara sentral.

a.       Struktur Sentralisasi

            Di negara-negara yang organisasi pendidikannya dijalankan secara sentral, yakni yang kekuasaan dan tanggung jawabnya dipusatkan pada suatu badan di pusat pemerintahan, maka pemerintahan daerah kurang sekali atau sama sekali tidak mengambil bagian dalam adminstrasi apapun. Jika ada bagian-bagian yang dikerjakan oleh pemerintahan daerah atau wilayah-wilayah selanjutnya, semua merupakan pekerjaan-pekerjaan prantara, sebagai penyambung atau penyalur ketetapan-ketetapan-ketetapan dan instruksi-instruksi dari pusat untuk dilaksanakan di sekolah-sekolah. Di dalam struktur organisasi yang berbentuk organisasi line (line organization), garis-garis perintah/kekuasaan dan tanggung jawab membentang tegak lurus dari atas ke bawah atau dari pimpinan atasan sampai kepada organ yang paling bawah. Segala sesuatu yang mengenai urusan-urusan pendidikan, dari menetukan kebijakan (policy) dan perencanaan, penentuan struktur dan syarat-syarat urusan kepegawaian, sampai kepada penyelenggaraan bangunan-bangunan sekolah, menentukan kurikulum, alat-alat pelajaran, soal-soal dan penyelenggaraan ujian-ujian. Semua ditentukan oleh dan dari pusat.

     Sedangkan bawahan dan sekolah - sekolah hanya merupakan pelaksana-pelaksana pasif. Organisasi pendidikan yang menerapkan sistem sentralisasi menjadikan kepala sekolah, tenaga pendidik dan tenaga kependidikan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, serta prosedur pelaksanaan tugas sangat dibatasi oleh aturan-aturan dan instruksiinstruksi dari pusat yang diterima melalui jabatan yang dimiliki oleh atasannya. Sistem sentralisasi semacam ini memiliki identitas pokok yang sangat menonjol yaitu keharusan adanya keseragaman yang sempurna bagi seluruh daerah dilingkungan negara tersebut. Keseragaman itu meliputi hampir semua kegiatan pendidikan, terutama di sekolah-sekolah setingkat dan sejenisnya. Misalnya: keseragaman dalam organisasi sekolah, rencana pelajaran, buku-buku pelajaran, metode-metode mengajar, soal-soaldan waktu penyelenggaraan ujian, dan lain-lain tanpa memperhatikan keragaman dan keadaan daerah masing-masing. Dari penjelasan tersebut, jelaslah bahawa sistem sentralisasi yang seperti itu banyak mengandung kekurangan-kekurangan. Adapun kekurangan yang prinsipal adalah: 1) Administrasi yang cenderung kepada sifat-sifat otoriter dan birokratis. Menyebabkan para pelaksana pendidikan, baik para pegawai maupun kepala sekolah serta guru-guru, menjadi orangorang yang pasif dan bekerja secara rutin dan tradisional belaka. 2) Organisasi dan administrasi berjalan sangat kaku yang disebabkan oleh garis-garis komunikasi antar sekolah dan pusat sangat panjang dan berbelit-belit, sehingga kelancaran penyelesaian persoalanpersoalan kurang dapat dijamin. 3) Karena terlalu banyak kekuasan dan pengawasan sentral, timbul penghalang-penghalang bagi inisiatif setempat, dan mengakibatkan uniformitas yang mekanis dalam administrasi pendidikan yang biasanya hanya mampu sekedar membawa hasil-hasil pendidikan yang sedang atau sedikit.[9]

b.      Struktur Desentralisasi

               Di negara-negara yang organisasi pendidikannya desentralisasi, pendidikan bukan urusan pemerintah pusat, melainkan menjadi tanggung jawab pemerintahan daerah dan masyarakat setempat. Penyelenggaraan pengawasan sekolah-sekolah berada sepenuhnya dalam penguasaan daerah. Campur tangan pemerintah pusat terbatas pada kewajiban-kewajiban tentang pemberian tanah subsidi, penyelidikan-penyelidikan, nasehat-nasehat dan konsultasi serta program pendidikan bagi orang-orang luar negeri. Tiap-tiap daerah atau wilayah diberikan otonomi yang sangat luas, yang meliputi penentuan anggaran biaya, rencana-rencana pendidikan, penentuan personel/guru, gaji guru-guru/pegawai sekolah, buku-buku pelajaran, juga tentang pembangunan, pakaian serta pemeliharaan gedung sekolah.

Dengan menjalankan struktur organisasi pendidikan secara desentralisasi seperti ini menjadikan kepala sekolah seorang pemimpin profesional dengan tanggung jawab yang luas dan langsung terhadap hasil-hasil yang dicapai oleh sekolahnya. Ia bertanggung jawab langsung terhadap pemerintahan dan masyarakat setempat. Semua kegiatan sekolah yang dijalankannya mendapat pengawasan dan social control yang langsung dari pemerintah dan masyarakat. Penyebabnya karena kepala sekolah dan tenaga pendidikan adalah petugas atau karyawan pendidikan yang dipilih, diangkat, dan diberhentikan oleh pemerintah daerah setempat. Tentu saja sistem desentralisasi seperti ini ada kebaikan dan kekurangannya. Adapun kelebihan yang mungkin terjadi adalah: a) Pendidikan dan pengajaran dapat disesuaikan dengan dan memenuhi kebutuhan setempat. b) Kemungkinan adanya persaingan yang sehat diantara daerah atau wilayah sehingga masing-masing berlomba-lomba untuk menyelenggarakan sekolah dan pendidkan yang baik. c) Kepala sekolah, guru-gurudan petugas-petugas pendidkan yang lain akan bekerja dengan baik dan sungguh-sungguh karena merasa dibiayai dan dijamin hidupnya oleh pemerintah dan masyarakat setempat. Adapun kekurangannya yaitu: a) Karena otonomi yang sangat luas, kemungkinan program pendidikan di seluruh negara akan berbeda-beda. Hal ini dapat menimbulkan kemungkinan perpecahan bangsa. b) Hasil pendidkan dan pengajaran tiap-tiap daerah atau wilayah sangat berbeda-beda, baik mutu, sifat, maupun jenisnya, sehingga menyulitkan bagi pribadi murid dalam mempraktekkan pengetahuan/kecakapannya dikemudian hari di dalam masyarakat yang lebih luas. c) Kepala sekolah, guru-guru, dan para petugaspetugas pendidkan lainnya cenderung untuk menjadi kariawankariawan yang materialistis, sedangkan tugas dan kewajiban guru pada umumnya lain dari pada kariawan-kariawan yang bukan guru. d) Penyelenggaraan dan pembiayaan pendidikan yang diserahkan kepada daerah atau wilayah itu mungkin akan sangat memberikan beban masyarakat setempat. [10]

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwasanya struktur sentralisasi maupun struktur desentralisasi memiliki kelebihan dan kekurangannya. Maka yang lebih baik ialah struktur yang merupakan campuran antara keduanya, yang susunan dan penyelenggaraannya sesuaikan dengan kondisikondisi dan kebutuhan tiap negara secara keseluruhan.

F.       Manajemen Pendidikan dalam era new normal

1.        Merencanakan (Planning) pendidikan

                     Pada hakikatnya, perencanaan adalah aktivitas pengambilan keputusan mengenai sasaran (objectives) apa yang akan dicapai, tindakan apa yang akan di ambil dalam rangka pencapaian tujuan atau sasaran dan siapa yang akan melasanakan tugas-tugasnya. Artinya, pada kerangka ini, perencanaan adalah aktivitas memikirkan dan memilih rangkaian tindakan-tindakan yang tertuju pada tercapainya maksud-maksud dan tujuan pendidikan.

           Dalam perencanaan ada lima kegiatan yang perlu dilakukan untuk mendapatkan “kepastian kegiatan” yang matang, antara lain: a) Menetapkan tentang apa yang harus dikerjakan,kapan dan bagaimana melakukannya; b) Membatasi sasaran dan menetapkan pelaksanaan-pelaksanaan kerja untuk mencapai efektivitas maksimum melalui proses penentuan target; c) Mengumpulkan dan menganalisis informasi; d) Mengembangkan alternative-alternatif; dan e) Mempersiapkan dan mengomunikasikan rencana-rencana dan keputusan-keputusan.[11]

           Dalam hal ini perencanaan Pendidikan sangat di butuhkan pada saat menghadapi pembelajaran new normal dengan bekerja sama antara orang tua dan guru untuk mencapai tujuan Pendidikan. Perencanaan meliputi apa saja yang harus dilakukan, kapan dilaksanakan , dan yang terpenting adalah tetap mematuhi protocol kesehatan.

2.  Mengorganisasikan (organizing) pendidikan

           Pengorganisasian sebagai keseluruhan proses pengelompokan orang-orang, alat-alat tugas, tanggung jawab, atau wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai satu kesatuan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sebenarnya, fungsi pengorganisasian pendidikan Islam adalah suatu kegiatan pengaturan pada Sumber Daya Manusia (SDM) dan sumber daya fisik lain yang dimiliki organisasi pendidikan islam untuk menjalankan rencana yang telah ditetapkan serta menggapai tujuan pendidikan Islam.[12]

           Pada tahapan ini orang tua dan guru  sangat diharapkan mampu bekerjasama dengan baik , ada tugas yang harus ditunaikan oleh orang tua dimasa ini yakni ketika belajar dirumah orang tua mampu menjadi guru karena jam pembelajaran disekolah yang di persingkat.

3.    Menggerakkan (Actuating) pendidikan Islam

           Actuating merupakan fungsi manajemen yang komplek dan merupakan ruang lingkup yang cukup luas serta sangat berhubungan erat dengan sumber daya manusia yang pada akhirnya actuating merupakan pusat sekitar aktivitas-aktivitas manajemen. Penggerakan (actuating) pada hakekatnya adalah menggerakkan orang-orang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.

           Penggerakan (actuating) merupakan kemampuan seseorang untuk memberikan kegairahan, kegiatan, pengertian, sehingga orang lain mau mendukung dan bekerja dengan suka rela untuk mencapai tujuan organisasi/lembaga pendidikan Islam sesuai dengan tugas yang dibebankan kepadanya.

           Fungsi actuating berhubungan erat dengan sumber daya manusia, oleh karena itu seorang pemimpin pendidikan Islam dalam membina kerja sama, mengarahkan, dan mendorong kegairahan kerja bawahannya perlu memahami factor-faktor manusia dan pelakunya.[13]

           Pada tahapan ini orang tua dan guru mampu melaksanakan apa yang direncanakan dan di organisasikan dengan tetap mematuhi protocol kesehatan.

4.      Mengawasi (controlling) pendidikan

           Controlling (pengawasan) merupakan langkah penentu terhadap apa yang harus dilaksanakan, sekaligus menilai dan memperbaiki, sehingga pelaksanaannya sesuai dengan rencana, serta terwujudnya secara efektif dan efisien.

           Controlling (pengawasan) adalah suatu usaha untuk meneliti kegiatan-kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan. Pengawasan berorientasi pada obyek yang dituju (pendidikan Islam) dan merupakan alat untuk menyuruh orang bekerja menuju sasaran yang ingin dicapai.

           Tujuan pengawasan pendidikan Islam haruslah positif dan konstruktif, yaitu untuk memperbaiki, mengurangi pemborosan uang, waktu, material dan tenaga di lembaga Pendidikan Islam. Disamping itu juga bertujuan untuk membantu menegakkan agar prosedur, program, standar dan peraturan ditaati, sehingga dapat mencapai efisiensi lembaga pendidikan Islam yang setinggi-tingginya.[14]

           Dari tahapan diatas harus perhatikan oleh orang tua dan guru karena di era new normal ini banyak hal baru yang ditemui karena pada saat sebelum covid 19 peserta didik dapat mendapatkan materi dengan pembelajaran langsung sedangkan untuk era new normal menggunakan media elektronik dengan pendampingan orang tua. Sehingga pada pembelajaran new normal orang tua harus memberikan pemahaman bagi anak untuk selalu berfikir positif dan tetap semangat dalam belajar

 

 

BAB III

PENUTUP

A.      Kesimpulan

Organisasi sekolah Secara umum dapat di artikan memberi struktur atau susunan yakni dalam penyusunan penempatan orang-orang dalam suatu kelompok kerja sama, dalam maksud menempatkan orang-orang dalam kewajiban-kewajiban, hak-hak, dan tanggungjawab dari setiap masing-masing.

Tipe-tipe organisasi sekolah antara lain (1) Organisasi Lini (Line Organization, (2) Organisasi Staf (Staff Organization) (3) Bentuk Gabungan (Line and Staff Organization), dan (4) . Organisasi Fungsional (Fungsional Organization).

Unsur-unsur dasar pembentukan suatu organisasi adalah sebagai berikut: a). Adanya tujuan bersama, organisasi mensyaratkan suatu yang akan diinginkan, biasanya terumuskan dalam visi, misi target, tujuan. Tujuan inilah menyatukan berbagai unsur dalam organisasi. b) Adanya kerja sama dua orang atau lebih untuk mewujudkan tujuan bersama. c) Adanya pembagian tugas, untuk efektifitas, efisiensi, dan produktivitas organisasi dibutuhkan pembagian tugas. d) Adanya kehendak untuk kerja sama, anggota organisasi mempunyai kemauan/kehendak untuk bekerja sama untuk tujuan bersama.

Prinsip-Prinsip Organisasi Pendidikan yaitu memiliki tujuan yang jelas. Setiap anggota dapat memahami dan menerima tujuan tersebut. Adanya kesatuan arah sehingga dapat menimbulkan kesatuan tindak dan kesatuan pikiran. Adanya kesatuan perintah (unity of command); para bawahan hanya mempunyai seorang atasan lagsung: dari pada ia menerima printah atau bimbingan, dan kepada siapa ia harus mempertanggung jawabkan hasil pekerjaannya. Adanya keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab masing-masing anggota.

       Struktur Organisasi Sekolah yaitu (1) Struktur Sentralisasi yaitu di negara-negara yang organisasi pendidikannya dijalankan secara sentral, yakni yang kekuasaan dan tanggung jawabnya dipusatkan pada suatu badan di pusat pemerintahan, maka pemerintahan daerah kurang sekali atau sama sekali tidak mengambil bagian dalam adminstrasi apapun, dan (2) Struktur Desentralisasi Di negara-negara yang organisasi pendidikannya desentralisasi, pendidikan bukan urusan pemerintah pusat, melainkan menjadi tanggung jawab pemerintahan daerah dan masyarakat setempa.

Manajemen Pendidikan dalam era new normal (1) Merencanakan (Planning) pendidikan Pada hakikatnya, perencanaan adalah aktivitas pengambilan keputusan mengenai sasaran (objectives) apa yang akan dicapai, tindakan apa yang akan di ambil dalam rangka pencapaian tujuan atau sasaran dan siapa yang akan melasanakan tugas-tugasnya, (2) Mengorganisasikan (organizing) Pendidikan yaitu pengorganisasian sebagai keseluruhan proses pengelompokan orang-orang, alat-alat tugas, tanggung jawab, atau wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai satu kesatuan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Actuating merupakan fungsi manajemen yang komplek dan merupakan ruang lingkup yang cukup luas serta sangat berhubungan erat dengan sumber daya manusia yang pada akhirnya actuating merupakan pusat sekitar aktivitas-aktivitas manajemen. Controlling (pengawasan) merupakan langkah penentu terhadap apa yang harus dilaksanakan, sekaligus menilai dan memperbaiki, sehingga pelaksanaannya sesuai dengan rencana, serta terwujudnya secara efektif dan efisien.

B.  Saran

Dengan organisasi sekolah ini diharapkan terjadi pembidangan dan pembagian kerja sebagai kegiatan pengendalian sehingga memungkinkan terjalinya kerjasama antara kepala sekolah  dengan semua wali kelas , staf, dan guru supaya tujuan Pendidikan nasional tercapai dengan baik.

 

 

 

 

DAFTAR RUJUKAN

Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : kalam Mulia, 2008.

Nata, Abuddin. Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam diIndoensia.  Jakarta: Kencana, 2012.

Machali, Imam  dan Ara  Hidayat., The Handbook of Education Management: Teori dan Praktek Pengelolaan Sekolah/ Madrasah di Indonesia. Yogyakarta: Kaukaba, 2012.

Purwanto, M, Ngalim, Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2005.

Suharsa, Dr Uhar. M.Pd. administrasi pendidikan. Bandung : PT Refika Aditama,2010.

https://www.dediblog.id/2017/01/makalah-struktur-organisasi-sekolah.html.

Mukhamad Ilyasin dan Nanik Nurhayati. Manajemen Pendidikan Islam. Malang: Adityia Media Publishing. 2012.

Sulistyorini.Manajemen Pendidikan Islam.Surabaya: eLKAF.2006.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pertanyaan

1.      Apabila kamu menjadi seorang kepala sekolah, bagaimana cara mengorganisasikan sekolah yang kamu pimpin supaya output peserta didik dapat menjadi peserta didik yang berilmu dan berkarakter ?

2.      Pada saat ini kita di hadapkan dengan Pendidikan new normal, nah bagaimana cara kalian mengorganisasikan supaya tujuan pendidikan tetap tercapai apabila kalian menjadi seorang kepala sekolah?

3.       Menurut pendapatmu seberapa pentingkah organisasi sebuah Pendidikan ?

 



[1] Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta : kalam Mulia, 2008) Hal. 362

[2] Abuddin Nata . Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di

Indoensia, (,Jakarta: Kencana, 2012) Hal.272 .

[3] Imam Machali  dan Ara  Hidayat., The Handbook of Education Management: Teori dan Praktek Pengelolaan Sekolah/ Madrasah di Indonesia, (Yogyakarta: Kaukaba, 2012) hal. 88

[4] Purwanto, M, Ngalim, Administrasi dan Supervisi Pendidikan. (Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2005). Hal 128

[5] Suharsa, Dr Uhar. M.Pd. administrasi pendidikan. (Bandung : PT Refika Aditama,2010) hal 23

[6] https://www.dediblog.id/2017/01/makalah-struktur-organisasi-sekolah.html. Diakses pada tanggal 1 November 2020. Pukul 21.30 WIB

[7] Imam Machali  dan Ara  Hidayat, Pengelolaan Pendidikan konsep, Prinsip dan aplikasi dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah. (Bandung :Pustaka Eduka,2010). Hal 64

[8] M. Purwanto Ngalim. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. (Bandung : PT Remaja Rosda Karya, Bandung, 2005) Hal. 18

[9] M. Ngalim Purwanto. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. (Bandung :  PT Remaja Rosda Karya,2005) Hal. 130

[10] Ibid, Hal 131

[11] Mukhamad Ilyasin dan Nanik Nurhayati, Manajemen Pendidikan Islam, (Malang: Adityia Media Publishing, 2012), hal.127-130.

[12] Ibid, hal.135.

[13] Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam, (Surabaya: eLKAF, 2006), hal.22.

[14] Ibid, hal.23-24.

Tidak ada komentar:

KLASIFIKASI HADIS BERDASARKAN ASPEK MATAN

REVIEW JURNAL ILMIAH DAN  BUKU MATERI KLASIFIKASI HADIST BERDASARKAN ASPEK MATAN Oleh : Desy Saputri (12505204007 / PGMI 1 A)             Ma...