Jumat, 30 Oktober 2020

MAKIYAH DAN MADANIYAH

 

MAKIYAH DAN MADANIYAH

A.    Pengertian Makkiyah dan Madaniyah

Makkiyah yaitu ayat yang diturunkan  kepada Rasulullah sebelum hijrah ke Madinah.

Madaniyah  yaitu ayat yang diturunkan kepada Rasulullah setelah hijrah ke Madinah. Oleh karena itu pada surat Al – Maidah  : 3 , Termasuk ayat Madaniyah walaupun turun kepada Rasulullah di Makkah (Pada Haji Wada’ di Arafah). [1]

B.     Cara mengetahui Makkiyah dan Madaniyyah

Untuk mengetahui  Makkiyah dan Madaniyah dapat di tempuh dengan 2 metode :

1.      Sima’ie Naqli. Maksudnya, mengetahui  Makkiyah dan Madaniyyah dengan cara melalui riwayat.

2.      Qiyasi Ijtihadi. Maksudnya, Mengetahui Makkiyah  dan Madaniyah dengan  cara penerapan ijtihad yang di dasarkan pada ciri – ciri Makkiyah dan Madaniyyah.[2]

Ahmad Syam Madyan dalam jurnal Muhammad Amin menjelaskan bahwa:[3]

1.         Teori tenpat (Makkani) berarti Makki adalah ayat yang diturunkan dikota Mekah dan sekitarnya, Sedangkan Madani diturunkan di Madaniyah dan sekitarnya.

2.         Teori Waktu (Zamani) Mempunyai arti bahwa makki merupakan ayat yang diturunkan sebelum hijrah, sedangkan Madani merupakan  ayat yang diturunkan  setelah msa hijrah disebut dengan periode Madinah.

3.         Teori Mukhatab (Objek Pewahyuan), teori ini menyimpan arti bahwa Makki adalah ayat-ayat yang diturunkan dengan menyinggung penduduk Mekah, Sedangkan Madani  adalah ayat – ayat yang menyinggung penduduk Madinah.

4.         Teori Mulahazhatu Ma Tadhammanat As-Suuratu (Teori Concert Analysis), para ulama yang mendasarkan teorinya pada konten  ayat mengatakan bahwa Makkiyah ialah surat-surat dan ayat-ayat Al-Qur’an  yang menampilkan cerita mengenai para nabi dan umat terdahulu , baik menyangkut kejayaan maupun kehancuran (khusunya bagi umat – umat itu. Sedangkan Madaniyah yaitu ayat – ayat atau surat – surat yang memuat mengenai berbagai ketentuan hokum seperti hudud , faraid,  dan lain sebagainya.   

C.     Ciri – Ciri surah Makkiyah dan Madaniyyah

 Ciri yang menonjol yang dapat dijadikan patokan menentukan surah – surah Madaniyah  sebagai berikut[4] :

1.    Surah yang di dalamnya terdapat izin perang atau yang menerangkan  soal peperangan dan menjelaskan hukum-hukumnya.

2.    Surah yang di dalamnya terdapat pembagian hokum harta pusaka, Hukum Hadd, Fara’id, hukum sipil, hukum sosial, dan hukum  antarnegara, dan hubungan internasional,

3.    Surah yang didalam terdapat uraian kaum munafik, Kecuali surah Al- Ankabut yang Makkiyah, Selain sebelas surah pada pendahuluanya adalah Madaniyah.

4.    Bantahan terhadap Ahli Kitab dan seruan agar mereka mau meninggalkan sikap berlebihan dalam mempertahankan agamanya.

5.    Umumnya memiliki surah yang panjang, susunan kalimatnya bernada tenang dan lembut.

6.    Berisi penjelasan – penjelasan tentang bukti – bukti dan dalil dalil mengenai kebenaran agama islam secara terperinci.

 

         Ciri – ciri umum surah – surah Makkiyah : [5]

1.    Surah yang di dalamnya terdapat Sajdah

2.    Surah yang didalamnya terdapat  lafadz Kalla, Sekali – kali tidak. Umumnya terdapat pada bagian pertengahan sampai akhir Al- Qur’an.

3.    Surah yang di dalamnya terdapat kisah para nabi dan umat – umat terdahulu, Kecuali al Baqarah.

4.    Syrah yang di dalamnya terdapat kisah nabi Adam dan Iblis, Kecuali surah Al – Baqarah.

5.    Surah yang di awali dengan huruf hijaiyah, seperti Alif  Lam mim, alif Lam ra, dan Nun, Kecuali dua surah al- baqarah  dan Ali Imran. Para ulama berbeda pendapat mengenai surah al – rad, sebagaian berpendapat  surah Makiyyah.

6.    Ayat – ayat maupun surah - surahnya itu sendiri pada umumnya pendek dan ringkas, uraianya sedikit keras dan hangat , dan nada suaranya tegas.

7.    Dakwah mengenai pokok- pokok keimanan, hari akhirat, gambaran surga dan neraka.

8.    Dakwah mengenai budi pekerti, kebajikan, moralitas, sanggahan, dan bantahan terhadap pikiran kaum musyrik.

9.    Terdapat pernyataan sumpah yang lazim dinyatakan oleh orang-orang Arab. 

Kajian Makkiyyah-Madaniyyah bisa didekati dari beberapa pendekatan, baik kesejarahan, komunikatif, politis, sosiologis, hukum, ataupun linguistik. Semua pendekatan ini menyaran bahwa Kajian Makkiyyah-Madaniyyah sangat penting untuk pembacaan al-Qur’an secara kontekstual dan dinamis. Pembacaan secara kontekstual dan dinamis yang dimaksud di sini adalah pembacaan Al-Qur’an yang mengambil inspirasi dari konteks historis masa lalu dan upaya memproyeksikannya dalam konteks riil masa ini dan akan datang.[6]

Berdasarkan kajian ulama terdahulu tentang aspek linguistik dan tematis surat-surat al-Qur’an, diketahui bahwa karakteristik surat Makkiyyah adalah :[7]

1.      ayat dan suratnya pendek, singkat, memiliki kekuatan ekspresi dan memiliki bunyi - bunyi yang relatif sejenis,

2.      banyak menggunakan gaya bahasa penegasan dan penguatan, baik melalui qasam, amtsâl, tasybîh, dan lain-lain.

3.      Banyak menggunakan fâshilah.

4.       Ungkapannya kuat dan beritme

5.      Menyeru pada keimanan kepada Allah, hari akhir, dan penggambaran surga dan neraka,

6.      Menyeru untuk berpegang dengan akhlaq mulia dan aturan-aturan umum universal yang tidak berubah sepanjang masa dan tempat.

 Sedangkan karakteristik surat-surat Madaniyyah, baik linguistik maupun tematis, adalah: [8]

1.    Gaya bahasanya panjang dan cenderung mengulas secara panjang lebar (ithnâb), 2.  lafalnya mudah dan popular sangat sedikit mengandung lafal-lafal yang asing,

3.    Menggunakan gaya bahasa yang tenang dan argumentatif ketika berdiskusi dengan ahlu al Kitab, dan menggunakan gaya bahasa sindiran tajam ketika berdebat dengan mereka,

4.    Berbicara secara panjang lebar tentang penetapan aturan hukum praktis, baik di tataran keluarga, masyarakat, Negara, atau hubungan antar bangsa, baik di kala damai ataupun perang,

5.    Mengajak ahlu al kitab untuk mendiskusikan tentang akidah keagamaan yang salah,

6.    Menjelaskan tentang kesesatan orang munafik dan kedengkian serta rasa permusuhan yang mereka tutup-tutupi selama ini.

D.    Faedah Mengetahui Surat Makkiyah dan Madaniyah.[9]

1.     Bukti Ketinggian Bahasa Al-Qur’an . Sebab didalamnya  Allah mengajak bicara setiap kaum sesuai keadaan mereka baik dengan penyampaian yang keras maupun lembut.

2.   Sebagai pelaksanaan syariat islam secara bertahap. Sebab Al- Qur’an turun secara berangsur – angsur sesuai keadaan  dan kesiapan umat didalam menerima dan melaksanakan syariat yang diturunkan.

3    Sebagai pendidikan para dai untuk mengikuti metode Al-Qur’an dalam tata cara penyampaian tema.

4.         Pembeda antara nasikh dan mansukh.

DAFTAR RUJUKAN

Amin, Muhammad . “Teori Makki – Madani, Jurnal studi pendidikan islam”, Vol. 2 No.1 , 2013

Drajat, Amroeni. 2017.  Ulumul Qur’an Pengantar ilmu-ilmu Al – Qur’an.  Depok :Kencana.

Gufron, Mohammad ,Rahmawati. 2013. Ulumul Qur’an. Yogyakarta : Teras.

Hadiyanto, Andi.  Makkiyah – Madaniyah : Upaya Rekonstruksi Peristiwa Pewahyuan. Jurnal Studi Al – Qur’an. Vol 7, No. 1, 2011.

 



[1] Mohammad Gufron, Rahmawati. Ulumul Qur’an. (Yogyakarta : Teras, 2013), Hal . 41

[2] Ibid,. Hal. 41

[3] Muhammad Amin, “Teori Makki – Madani, Jurnal studi pendidikan islam”, Vol. 2 No.1 , 2013 hal 29-31.

 

[4] Prof. Dr. H. Amroeni Drajat, M. Ag. Ulumul Qur’an Pengantar ilmu-ilmu Al – Qur’an.( Depok :Kencana, 2017), Hal. 67

[5] Ibid,.  Hal. 68

[6] Ibid,  Hal 8

[7] Andi Hadiyanto, Makkiyah – Madaniyah : Upaya Rekonstruksi Peristiwa Pewahyuan. Jurnal Studi Al – Qur’an. Vol 7, No. 1, 2011. Hal 13

[8] Ibid,. . Hal 14

[9] Mohammad Gufron, Rahmawati. Ulumul Qur’an. (Yogyakarta : Teras 2013), Hal . 43- 44

Rabu, 21 Oktober 2020

Pragmatisme (filsafat berbasis kegunaan : J Dewey)

 

A.    Biografi John Dewey

John Dewey dilahiran di Burlington pada tahun 1859. Setelah menyelesaikan studinya di Baltimore ia menjadi Guru Besar di bidang filsafat dan kemudian juga dibidang pendidikan pada universitas-universitas di Mionnesota, Michigan, Chicago, (1894-1904), dan akhirnya di universitas Colombia (1904-1929.[1] Selama periode ini pula ia perlahan-lahan meninggalkan gaya pemikiran idealisme yang telah mempengaruhi sejak pertemuan dengan Morris. Jadi selain menekuni pendidikan, ia juga menukuni bidang logika, psikologi dan etika. Pengalaman Dewey tidak hanya berhenti sampai di Universitas Chicago. Terakhir ia berkarya sebagai dosen di Universitas Colombia dalam tahun 1904. Di universitas ini, Dewey berkarya sebagai seorang profesor filsafat sampai ia pensiun pada tahun 1929. Dalam periode ini, Dewey banyak mengadakan perjalanan antara lain ke negara-negara Eropa serta Jepang, Cina, Meksiko, dan Rusia. Di Jepang, misalnya, ia memberikan kuliah-kuliah dalam bentuk ceramah yang kemudian akan menjadi dasar pengembangan filsafat rekunstruksinya. Dalam tahun 1924, ia juga berkunjug ke Turky untuk mengadakan rekunstruksi terhadap sistem pendidikan yang dijalankan di sana. Hal yang sama juga dilakukan dalam kunjugannya ke Meksiko dan Rusia dalam tahun 1928.[2] Dewey adalah seorang pragmatis, namun ia lebih suka menyebut sistemnya dengan istilah Instrumentalis.

 Menurutnya tujuan filsafat ialah untuk mengatur kehidupan dan aktivitas manusia secara baik untuk di dunia dan sekarang.[3]

B.     Sistem filsafat pragmatisme menurut john dewey

apa yang memengaruhi Dewey darikarya James tentang pragmatisme? Adalah karya James tentang mind yang mula-mula memengaruhi Dewey. Dalam karya besarnya, James dengan cemas menunjukan bahwa pikiran itu bersifat aktif terhadap dunia. Dalam hal ini, ia adalah lawan dari empirismetradisional yang menyajikan pengetahuan atau kepercayaan sebagai sebuah akibat mekanis dari kekuatan-kekuatan luar. Berbeda dengan itu, James menganalisis pengetahuan atau kepercayaan sebagai ciri-ciri aktifitas pribadi secara keseluruhan dalam rangkamemenuhi kebutuhan dan tujuannya. Dalam pandangan Dewey, inilah penyajian pikiran menurut model fungsional atau biologis. Ide-ide semacam inilah yang dijadikan asumsi dasar bagi Dewey untuk membangun sebuah pandangan dunia yang baru.

Dunia ini, kata Dewey, sedang dalam proses penciptaan dan secara konstan bergerak maju secara terus-menerus. Dewey benar-benar menekankan evolusi, reletivitas, dan proses waktu dalam pandangan dunianya. Pandangan dunia seperti ini tentu berbeda dengan pandangan dunia yang melihat dunia sebagai tetap yang mendominasi pemikiran Yunani dan abad tengah. Menurut Dewey, dunia tempat kita hidup sekarang ini adalah dunia yang belum selesai (an unfinished world). Kata kunci ini dapat di mengerti dengan baik ketika dihubungkan dengan tiga aspek dari instrumentalisme: temporalisme, futurisme, dan melionisme. temporalisme berarti bahwa ada gerak dan kemjuan riil dalam waktu. Orang tidak lagi berpegang akan pandangan realitas dari seorang penonton. Pengetahuan bukan hanya cermin atau refleksi akan dunia, tetapi ia membentuknya kembali dan melakukan perubahan padanya. Futurisme adalah melihat masa depan, dan bukan masa lalu. Masa depan yang tubuh dari masa lalu bukanlah pengulangan, tetapi masa yang sama sekali baru. Sedangkan meliorisme adalah pandangan yang menyatakan bahwa dengan berbagaiupaya dunia ini bisa kita buat menjadi lebih baik.[4]

C.    Konsep Dewey tentang pengalaman dan pikiran

Pengalaman (Experience) adalah salah satu kata kunci dalam filsafat instrumentalisme. Filsafat Dewey adalah “mengenai” (about) dan “untuk” (For) pengalaman sehari-hari. Pengalaman adalah keseluruhan drama manusia dan mencakup segala proses “ saling memengaruhi” (take and give) antara organisme yang hidup dalam lingkungan sosial dan fisik. Dewey menolak orang yang mencoba menganggap rendah pengalaman manusia atau menolak untuk percaya bahwa seseorang telah berbuat demikian. Dewey mengatakan bahwa pengalaman bukannya suatu tabir yang menutupi menusia sehingga tidak melihat alam. Pengalaman adalah satu-satunya jalan bagi manusia untuk memasuki rahasia-rahasia alam.[5]

Berdasarkan pendangannya tentang hubungan pengalaman dan corak berpikir di atas, Dewey membagi aspek pemikiran dalam dua aspek. Pada mulanya aspek pimikiran selalu berada dalam a) situasi yang membingkungkan dan tidak jelas, b) situsi yang jelas di mana masalah-masalah terpecahkan. Menurutnya, aktivitas berpikir selalu merupakan sarana untuk memecahkan masalah-masalah. Hal ini mengandaikan bahwa aktivitas inteligensi lebih luas dari sekedar aktivitas kognitif, yaitu meliputi keinginan–keinginan yang muncul dalam diri subyek ketika berhadapan dengan kesekitarannya. Inilah yang disebut Dewey teori instrumentalia tentang pengetahuan. Yang dimaksudkan dengan teori instrumentalisme adalah suatu usaha untuk menyusun suatu teori yang logis dan tepat dari konsep-konsep, pertimbangan-pertimbangan,penyimpulan-penyimpulan dalam bentuknya yang bermacam-macam, dengan cara pertama-tama menyelidiki bagaimana pikiran berfungsi dalam penentuan-penentuan yang berdasarkan pengalaman, yang mengenai konsekuensi-konsekuensi di masa depan.Teori ini juga yang mendorongnya untuk menyebut sistemnya dengan istilah instrumentalisme daripada disebut sebagai pragmatisme .[6]

Dalam perjalanan pengalaman seseorang, pikiran selalu muncul untuk memberikan arti dari sejumlah situasi-situasi yang terganggu oleh pekerjaan diluar hipotesis atau membimbing kepada perbuatan yang akan dilakukan. Kata Dewey, kegunaan kerja pikiran tidak lain hanya merupakan cara jalan untuk melayani kehidupan. Makanya, ia dengan kerasnya menuntut untuk menggunakan metode ilmu alam (Scientific Method) bagi semua lapangan pikiran, terutama dalam menilai persoalan akhlak(etika), estetika, politik dan lain-lain. Dengan demikian, cara penilaian bisa berubah dan bisa disesuaikan dengan lingkungan dan ebutuhan hidup.

Menurut Dewey yang dimaksud dengan  Scientific Method ialah cara yang dipakai oleh seseorang sehingga bisa melampaui segi pemikiran semata-mata pada segi amalan. Dengan demikian, suatu pikiran bisa diajukan sebagai pemecahan suatu kesulitan (to solve problematic situation), dan kalau berhasil maka pikiran itu benar.[7]

 

D.    Pengertian Pragmatisme

Kata pragatisme diambil dari kata Pragma (bahasa yunani) yang berarti tindakan, perbuatan (Encyclopedia Amerika, 15 : 683). Pragmatisme mula-mula diperkenalkan oleh Charles sanders Peirce (1839-1914), filosof Amerika yang petama kali menggunakan pragmatisme sebagai metode ffilsafat (Stroh, 1968). Bila pragmatisme disangkutkan dengan empirisme- kiranya sangkutan itu memang besar- maka sejarah pragmatisme berarti tersebar pada banyak filosof besar lainnya, salah satunya Jhon Loke. Selain itu tidak mudah membedakan pragmatisme dengan utilitarianisme. Karena kedua isme ini sama-sama menekankan kegunaan, maka pengusutan pengertian pragmatisme seharusnya kembali kepada Jhon Stuart Mill (1806-1873), anak tokoh besar  James Mill. Orang terakhir ini adalah kawan dekat Jeremy Bentham, seorang utilitarianis.[8]

Maka pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa  yang benar adalah apa saja yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan akibat-akibat yang bermanfaat secara praktis. Misalnya, berbagai pengalaman pribadi tentang kebenaran mistik, asalkan dapat membawa keparaktisan dan bermanfaat. Artinya segala sesuatu dapat diterima asalkan bermanfaat bagi kehidupan.[9]

E.     Sejarah Filsafat Aliran Pragmatisme

Aliran pragmatisme pertama kali tumbuh di Amerika sekitar abad 19 hingga awal 20.Aliran ini melahirkan beberapa nama yang cukup  berpengaruh mulai Charles Sanders Pierce (1839-1914), William James (1842-1910), John Dewey, dan seorang pemikir yang juga cukup menonjol bernama George Herbert Mead (1863-1931). William James mengatakan bahwa secara ringkas prgamatisme adalah realitas sebagaimana yang kita ketahui. Charles S. Pierce-lah yang membiasakan istilah ini dengan ungkapannya, “Tentukan apa akibatnya, apakah dapat dipahami secara praktis atau tidak. Kita akan mendapat pengertian tentang objek itu, kemudian konsep kita tentang akibat itu, itulah keseluruhan konsep objek tersebut.” Ia juga menambahkan, untuk mengukur kebenaran suatu konsep, kita harus mempertimbangkan apa konsekuensi logis penerapan konsep tersebut. Keseluruhan konsekuensi itulah yang merupakan pengertian konsep tersebut. Jadi, pengertian suatu konsep ialah konsekuensi logis itu. Bila suatu konsep yang dipraktekkan tidak mempunyai akibat apa-apa, maka konsep itu tidak mempunyai pengertian apa-apa bagi kita.[10]

 

F.     Beberapa Kritik dan Komentar filsafat pragmatisme john dewey

Beberapa kritikus terhadap filsafat instrumentalisme tersebutdi antaranya adalah Bertrand Russell dan Harold H. Titus.

 Titus mencoba menghimpun berbagai kritik itu dalam enam hal. Pertama, filsafat pragmatisme, termasuk juga instrumentalisme Dewey, dinyatakan tidak memiliki metafisika yang memadai, karena menurut filsafat ini, berpikir spekulatif terhadap hakikat realitas hanya akan membuang-buang waktu semata. Kedua, pandangan pragmatisme tentang mind  dianggap tidak memuaskan, karena seorang pragmatis memandang mind sebagai alat yang secara psikologis membantu manusia untuk survive. Kritik ketiga, pandangan seorang pragmatis bahwa kebenaran itu adalah buatan manusia dan tidak memiliki eksistensi yang indpeenden tidak dapat   diterima begitu saja. Keempat, tampak adanya inkonsistensi antara klaim bahwa filsafat adalah sebuah perkembangan darikondisi sosial dengan tuntutan bagi objektivitas dalam penelitian, karena setiap orang yang hidup dalam lingkungan yang berbeda akan berpikir berbeda pula, sehingga terasa sulit untuk membangun sebuah pengetahuan ilmiah yang reliable secara universal. Kelima, para kritikus mempertanyakan apakah pragmatisme dapat di gunakan atau tidak untuk menjustifikasi sikap sosial bahwa individu atau kelompok mengharapkan kemajuan, karena tampaknya pragmatisme lebih menekankan pada tujuan yang dicari, bukan pada tujuan yang seharusnya di cari.[11]

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

A.    Kesimpulan

John Dewey dilahiran di Burlington pada tahun 1859. Setelah menyelesaikan studinya di Baltimore ia menjadi Guru Besar di bidang filsafat dan kemudian juga dibidang pendidikan pada universitas-universitas di Mionnesota, Michigan, Chicago, (1894-1904), dan akhirnya di universitas Colombia (1904-1929)

Aliran pragmatisme pertama kali tumbuh di Amerika sekitar abad 19 hingga awal 20.Aliran ini melahirkan beberapa nama yang cukup  berpengaruh mulai Charles Sanders Pierce (1839-1914), William James (1842-1910), John Dewey, dan seorang pemikir yang juga cukup menonjol bernama George Herbert Mead (1863-1931).

Kata pragatisme diambil dari kata Pragma (bahasa yunani) yang berarti tindakan, perbuatan (Encyclopedia Amerika, 15 : 683). Pragmatisme mula-mula diperkenalkan oleh Charles sanders Peirce (1839-1914), filosof Amerika yang petama kali menggunakan pragmatisme sebagai metode ffilsafat (Stroh, 1968). Bila pragmatisme disangkutkan dengan empirisme- kiranya sangkutan itu memang besar- maka sejarah pragmatisme berarti tersebar pada banyak filosof besar lainnya, salah satunya Jhon Loke.

Maka pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa  yang benar adalah apa saja yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan akibat-akibat yang bermanfaat secara praktis. Misalnya, berbagai pengalaman pribadi tentang kebenaran mistik, asalkan dapat membawa keparaktisan dan bermanfaat. Artinya segala sesuatu dapat diterima asalkan bermanfaat bagi kehidupan.

 

DAFTAR PUSTAKA

Hadwijono, Harun ,1994,Sari Sejarah Filsafat Barat., yogyakarta:Kanisius

Titus, Harold H, 1984,Persoalan-Persoalan Filsafat, Jakarta: Bulan Bintang

Zubaedi,filsafat barat,2007,jogjakarta:AR-RUZZ MEDIA

Tafsir,Ahmad,Filsafat Umum Akal dan Hati sejak Thales SampaiCapra,Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Muzairi,filsafat umum,2015,yogyakarta:Teras

 

 

 

 

 



[1] Harun Hadwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat.Cetakan Kedua, (yogyakarta:Kanisius, 1994), hlm.116.

[2] Harold H. Titus, Persoalan-Persoalan Filsafat, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1984), hlm. 347.

[3] Harun Hadwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat....hlm. 133-134

[4] Zubaedi,filsafat barat(jogjakarta:AR-RUZZ MEDIA,2007)hlm.138-139

[5] Haroid H. Titus, Persoalan-persoalan filsafat...hlm. 347.

[6] Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 2, hlm. 134

 

[7] A. Hanafi, Ikhtisar Sejarah Filsafat Barat, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1981), hlm. 81-82.

 

[8] Prof. DR. Ahmad Tafsir, Filsafat Umum. (Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2010), hlm.190

[9] Muzairi,filsafat umum(yogyakarta:Teras,2015),hlm.140

[10] Ibid,hlm.190

[11] Zubaedi,filsafat barat...hlm.143-145

 

KLASIFIKASI HADIS BERDASARKAN ASPEK MATAN

REVIEW JURNAL ILMIAH DAN  BUKU MATERI KLASIFIKASI HADIST BERDASARKAN ASPEK MATAN Oleh : Desy Saputri (12505204007 / PGMI 1 A)             Ma...