MAKIYAH DAN MADANIYAH
A. Pengertian Makkiyah dan Madaniyah
Makkiyah yaitu ayat yang diturunkan kepada Rasulullah sebelum hijrah ke Madinah.
Madaniyah yaitu ayat yang diturunkan kepada Rasulullah
setelah hijrah ke Madinah. Oleh karena itu pada surat Al – Maidah : 3 , Termasuk ayat Madaniyah walaupun
turun kepada Rasulullah di Makkah (Pada Haji Wada’ di Arafah). [1]
B. Cara mengetahui Makkiyah dan Madaniyyah
Untuk mengetahui Makkiyah dan Madaniyah dapat di
tempuh dengan 2 metode :
1. Sima’ie Naqli. Maksudnya, mengetahui Makkiyah dan Madaniyyah dengan
cara melalui riwayat.
2. Qiyasi Ijtihadi. Maksudnya, Mengetahui Makkiyah dan Madaniyah dengan cara penerapan ijtihad yang di dasarkan pada
ciri – ciri Makkiyah dan Madaniyyah.[2]
Ahmad Syam Madyan dalam jurnal Muhammad
Amin menjelaskan bahwa:[3]
1.
Teori tenpat (Makkani) berarti Makki adalah
ayat yang diturunkan dikota Mekah dan sekitarnya, Sedangkan Madani diturunkan
di Madaniyah dan sekitarnya.
2.
Teori Waktu (Zamani) Mempunyai arti bahwa
makki merupakan ayat yang diturunkan sebelum hijrah, sedangkan Madani
merupakan ayat yang diturunkan setelah msa hijrah disebut dengan periode
Madinah.
3.
Teori Mukhatab (Objek Pewahyuan), teori ini
menyimpan arti bahwa Makki adalah ayat-ayat yang diturunkan dengan menyinggung
penduduk Mekah, Sedangkan Madani adalah
ayat – ayat yang menyinggung penduduk Madinah.
4.
Teori Mulahazhatu Ma Tadhammanat As-Suuratu
(Teori Concert Analysis), para ulama yang mendasarkan teorinya pada konten ayat mengatakan bahwa Makkiyah ialah
surat-surat dan ayat-ayat Al-Qur’an yang
menampilkan cerita mengenai para nabi dan umat terdahulu , baik menyangkut
kejayaan maupun kehancuran (khusunya bagi umat – umat itu. Sedangkan Madaniyah
yaitu ayat – ayat atau surat – surat yang memuat mengenai berbagai ketentuan hokum
seperti hudud , faraid, dan lain
sebagainya.
C. Ciri – Ciri surah Makkiyah dan Madaniyyah
Ciri
yang menonjol yang dapat dijadikan patokan menentukan surah – surah Madaniyah sebagai berikut[4]
:
1. Surah yang di dalamnya terdapat izin perang atau yang menerangkan soal peperangan dan menjelaskan hukum-hukumnya.
2. Surah yang di dalamnya terdapat pembagian hokum harta pusaka, Hukum
Hadd, Fara’id, hukum sipil, hukum sosial, dan hukum antarnegara, dan hubungan internasional,
3. Surah yang didalam terdapat uraian kaum munafik, Kecuali surah Al-
Ankabut yang Makkiyah, Selain sebelas surah pada pendahuluanya adalah
Madaniyah.
4. Bantahan terhadap Ahli Kitab dan seruan agar mereka mau meninggalkan
sikap berlebihan dalam mempertahankan agamanya.
5. Umumnya memiliki surah yang panjang, susunan kalimatnya bernada tenang
dan lembut.
6. Berisi penjelasan – penjelasan tentang bukti – bukti dan dalil dalil
mengenai kebenaran agama islam secara terperinci.
Ciri – ciri umum surah – surah Makkiyah : [5]
1. Surah yang di dalamnya terdapat Sajdah
2. Surah yang didalamnya terdapat
lafadz Kalla, Sekali – kali tidak. Umumnya terdapat pada bagian
pertengahan sampai akhir Al- Qur’an.
3. Surah yang di dalamnya terdapat kisah para nabi dan umat – umat
terdahulu, Kecuali al Baqarah.
4. Syrah yang di dalamnya terdapat kisah nabi Adam dan Iblis, Kecuali surah
Al – Baqarah.
5. Surah yang di awali dengan huruf hijaiyah, seperti Alif Lam mim, alif Lam ra, dan Nun, Kecuali dua
surah al- baqarah dan Ali Imran. Para
ulama berbeda pendapat mengenai surah al – rad, sebagaian berpendapat surah Makiyyah.
6. Ayat – ayat maupun surah - surahnya itu sendiri pada umumnya pendek dan
ringkas, uraianya sedikit keras dan hangat , dan nada suaranya tegas.
7. Dakwah mengenai pokok- pokok keimanan, hari akhirat, gambaran surga dan
neraka.
8. Dakwah mengenai budi pekerti, kebajikan, moralitas, sanggahan, dan
bantahan terhadap pikiran kaum musyrik.
9. Terdapat pernyataan sumpah yang lazim dinyatakan oleh orang-orang Arab.
Kajian
Makkiyyah-Madaniyyah bisa didekati dari beberapa pendekatan, baik kesejarahan,
komunikatif, politis, sosiologis, hukum, ataupun linguistik. Semua pendekatan
ini menyaran bahwa Kajian Makkiyyah-Madaniyyah sangat penting untuk pembacaan
al-Qur’an secara kontekstual dan dinamis. Pembacaan secara kontekstual dan
dinamis yang dimaksud di sini adalah pembacaan Al-Qur’an yang mengambil
inspirasi dari konteks historis masa lalu dan upaya memproyeksikannya dalam
konteks riil masa ini dan akan datang.[6]
Berdasarkan
kajian ulama terdahulu tentang aspek linguistik dan tematis surat-surat
al-Qur’an, diketahui bahwa karakteristik surat Makkiyyah adalah :[7]
1.
ayat
dan suratnya pendek, singkat, memiliki kekuatan ekspresi dan memiliki bunyi - bunyi
yang relatif sejenis,
2.
banyak
menggunakan gaya bahasa penegasan dan penguatan, baik melalui qasam, amtsâl,
tasybîh, dan lain-lain.
3.
Banyak
menggunakan fâshilah.
4.
Ungkapannya kuat dan beritme
5.
Menyeru
pada keimanan kepada Allah, hari akhir, dan penggambaran surga dan neraka,
6.
Menyeru
untuk berpegang dengan akhlaq mulia dan aturan-aturan umum universal yang tidak
berubah sepanjang masa dan tempat.
Sedangkan karakteristik surat-surat
Madaniyyah, baik linguistik maupun tematis, adalah: [8]
1. Gaya bahasanya panjang dan cenderung mengulas secara panjang lebar
(ithnâb), 2. lafalnya mudah dan popular
sangat sedikit mengandung lafal-lafal yang asing,
3. Menggunakan gaya bahasa yang tenang dan argumentatif ketika
berdiskusi dengan ahlu al Kitab, dan menggunakan gaya bahasa sindiran tajam
ketika berdebat dengan mereka,
4. Berbicara secara panjang lebar tentang penetapan aturan hukum
praktis, baik di tataran keluarga, masyarakat, Negara, atau hubungan antar
bangsa, baik di kala damai ataupun perang,
5. Mengajak ahlu al kitab untuk mendiskusikan tentang akidah keagamaan
yang salah,
6. Menjelaskan tentang kesesatan orang munafik dan kedengkian serta
rasa permusuhan yang mereka tutup-tutupi selama ini.
D.
Faedah
Mengetahui Surat Makkiyah dan Madaniyah.[9]
1. Bukti
Ketinggian Bahasa Al-Qur’an . Sebab didalamnya
Allah mengajak bicara setiap kaum sesuai keadaan mereka baik dengan
penyampaian yang keras maupun lembut.
2. Sebagai
pelaksanaan syariat islam secara bertahap. Sebab Al- Qur’an turun secara
berangsur – angsur sesuai keadaan dan
kesiapan umat didalam menerima dan melaksanakan syariat yang diturunkan.
3 Sebagai
pendidikan para dai untuk mengikuti metode Al-Qur’an dalam tata cara
penyampaian tema.
4.
Pembeda
antara nasikh dan mansukh.
DAFTAR RUJUKAN
Amin, Muhammad . “Teori Makki –
Madani, Jurnal studi pendidikan islam”, Vol. 2 No.1 , 2013
Drajat, Amroeni. 2017. Ulumul Qur’an Pengantar ilmu-ilmu Al –
Qur’an. Depok :Kencana.
Gufron, Mohammad ,Rahmawati. 2013. Ulumul Qur’an. Yogyakarta
: Teras.
Hadiyanto, Andi. Makkiyah
– Madaniyah : Upaya Rekonstruksi Peristiwa Pewahyuan. Jurnal Studi Al – Qur’an.
Vol 7, No. 1, 2011.
[1] Mohammad Gufron, Rahmawati. Ulumul
Qur’an. (Yogyakarta : Teras, 2013), Hal . 41
[2] Ibid,. Hal. 41
[3] Muhammad Amin,
“Teori Makki – Madani, Jurnal studi pendidikan islam”, Vol. 2 No.1 ,
2013 hal 29-31.
[4] Prof. Dr. H.
Amroeni Drajat, M. Ag. Ulumul Qur’an Pengantar ilmu-ilmu Al – Qur’an.(
Depok :Kencana, 2017), Hal. 67
[5] Ibid,. Hal. 68
[6] Ibid, Hal 8
[7] Andi
Hadiyanto, Makkiyah – Madaniyah : Upaya Rekonstruksi Peristiwa Pewahyuan.
Jurnal Studi Al – Qur’an. Vol 7, No. 1, 2011. Hal 13
[8] Ibid,. .
Hal 14
[9]
Mohammad Gufron, Rahmawati. Ulumul
Qur’an. (Yogyakarta : Teras 2013), Hal . 43- 44